Masih
teringat akan cerita dari Ibu Rumiyani. Cerita yang tak akan pernah saya
lupakan sampai kapanpun. Ibu rumiyani adalah dosen statistika di UII. Beliau bercerita
ketika beliau mengisi materi pada kegiatan wajib universitas yang ditujukan untuk
mahasiswa baru dan kebetulan saya ditugaskan untuk menemani adek-adek mahasiswa
baru. Beliau bercerita tentang sebuah pohon Apel yang rela berkorban untuk
seorang anak , cerita yang sederhana tetapi sangat menyentuh hati, inilah ceritanya:
Kisah Sebuah Pohon Apel :
Dahulu kala, di sebuah padang hiduplah sebuah pohon apel yang rindang dan banyak buahnya. Setiap hari, ada seorang anak kecil yang senang bermain di bawah pohon tersebut. Ia memanjat pohon tersebut, duduk di atas batang yang besar dan kuat, makan apel dan bahkan tidur di bawah rindangnya pohon. Ia sangat mencintai pohon itu, demikian pula sebaliknya sang pohon. Ia tak pernah merasa keberatan saat si anak kecil bermain di sekitarnya. Ia bahkan seringkali mengajaknya bercanda dan bercerita.
Waktupun berlalu, si anak telah beranjak dewasa. Suatu hari ia mengunjungi pohon apel dengan wajah yang sedih.
"Apel, aku sedih," katanya.
"Mengapa kau sedih wahai anakku?"
"Aku tak punya mainan, aku ingin membeli mainan tapi
aku tidak punya uang," katanya lagi.
Melihat si anak menangis, pohon apelpun iba. Dijatuhkannya beberapa buah apel dari tubuhnya. "Aku tak punya mainan untuk kuberikan padamu. Tetapi, kau bisa menjual apel-apel ini agar kau punya uang dan bisa membeli mainan," kata si pohon apel.
Bergegas dengan wajah bahagia dan penuh semangat, anak kecil itu memungut semua apel yang jatuh dan dijualnya ke pasar. Iapun berhasil membeli mainan yang didambakannya.
Sayangnya, ia tak pernah kembali... dan bersedihlah si pohon apel.
Melihat si anak menangis, pohon apelpun iba. Dijatuhkannya beberapa buah apel dari tubuhnya. "Aku tak punya mainan untuk kuberikan padamu. Tetapi, kau bisa menjual apel-apel ini agar kau punya uang dan bisa membeli mainan," kata si pohon apel.
Bergegas dengan wajah bahagia dan penuh semangat, anak kecil itu memungut semua apel yang jatuh dan dijualnya ke pasar. Iapun berhasil membeli mainan yang didambakannya.
Sayangnya, ia tak pernah kembali... dan bersedihlah si pohon apel.